marlboro.biz.id - Saksi mahkota adalah seorang yang sebelumnya terlibat dalam tindak pidana, baik sebagai pelaku atau bagian dari kelompok yang terlibat, namun bersedia untuk memberikan keterangan kepada pihak berwenang untuk mengungkapkan kebenaran dan membantu proses hukum.
Saksi mahkota (dalam istilah hukum dikenal juga sebagai "crown witness" dalam hukum Inggris atau "witness of the crown") merujuk pada seorang saksi yang, meskipun terlibat dalam peristiwa yang sedang diperiksa (misalnya sebagai pelaku dalam tindak pidana), memberikan kesaksian yang sangat penting dalam membantu proses hukum untuk mengungkapkan kebenaran. Dalam beberapa kasus, saksi mahkota adalah seseorang yang memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai fakta-fakta yang relevan dan menjadi kunci pembuktian dalam suatu perkara.
Saksi mahkota adalah seseorang yang terlibat dalam tindak pidana tetapi bersedia memberikan kesaksian untuk membantu pengungkapan kebenaran. Meskipun terlibat dalam peristiwa kriminal, saksi mahkota memberikan kesaksian yang sangat penting dan sering kali krusial dalam proses peradilan. Sebagai imbalannya, saksi mahkota bisa mendapatkan pengurangan hukuman atau bahkan perlindungan dari pihak berwenang. Peran saksi mahkota sangat penting dalam memberantas kejahatan yang lebih besar atau lebih terorganisir, tetapi sering kali membawa risiko tinggi bagi saksi tersebut.
Berikut adalah pengertian Saksi Mahkota menurut para ahli:
1. Menurut M. Yahya Harahap
Saksi mahkota adalah seorang terdakwa yang bersedia memberikan kesaksian terhadap terdakwa lain dalam kasus yang sama dengan imbalan berupa keringanan hukuman. Penggunaan saksi mahkota sering diterapkan dalam perkara yang melibatkan kejahatan bersama atau terorganisir.
Sumber: M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.
2. Menurut Sudikno Mertokusumo
Saksi mahkota adalah seorang pelaku yang diizinkan untuk memberikan kesaksian dalam kasus yang sama dengan tujuan untuk membantu membongkar jaringan kejahatan yang lebih besar. Pemberian status saksi mahkota diatur dengan persyaratan ketat agar tidak melanggar prinsip keadilan.
Sumber: Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Pidana Indonesia.
3. Menurut Bambang Waluyo
Saksi mahkota adalah seorang terdakwa dalam suatu tindak pidana yang memberikan keterangan terhadap terdakwa lain untuk memperjelas fakta-fakta dalam perkara tersebut. Penggunaan saksi mahkota harus didasarkan pada kebutuhan pembuktian dan disertai bukti pendukung lainnya.
Sumber: Bambang Waluyo, Sistem Peradilan Pidana.
4. Menurut R. Supomo
Saksi mahkota merupakan terdakwa yang bersedia memberikan kesaksian terhadap rekannya demi kepentingan penegakan hukum. Meski perannya penting, keterangan saksi mahkota harus diuji secara ketat karena berasal dari orang yang juga terlibat dalam tindak pidana.
Sumber: R. Supomo, Asas-asas Hukum Pidana.
Peraturan Tentang Saksi Mahkota
Di Indonesia, perlindungan terhadap saksi mahkota diatur dalam berbagai peraturan hukum, termasuk yang berhubungan dengan perlindungan saksi dan korban serta kerjasama dalam pengungkapan kejahatan.
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
UU ini mengatur perlindungan bagi saksi dan korban dalam berbagai jenis kejahatan, termasuk saksi mahkota. Saksi yang memberikan kesaksian untuk mengungkapkan kejahatan berhak untuk mendapatkan perlindungan, baik dalam bentuk pengamanan fisik, perubahan identitas, atau program perlindungan lainnya.
2. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dalam Perkara Pidana
PERMA ini memberikan pedoman tentang mekanisme perlindungan saksi dan korban, serta tentang prosedur yang harus diikuti untuk melindungi saksi yang berperan penting, termasuk saksi mahkota.
3. Peraturan tentang Imunitas atau Pengurangan Hukuman
Pada tingkat hukum pidana, saksi mahkota yang memberikan kesaksian yang sangat krusial sering kali mendapatkan pengurangan hukuman atau imunitas sebagai imbalan atas kesaksiannya. Meskipun tidak diatur secara spesifik dalam undang-undang, prinsip ini berlaku dalam banyak sistem hukum, termasuk dalam proses hukum di Indonesia.
Karakteristik Saksi Mahkota
1. Pelaku atau Terlibat dalam Kejahatan:
Saksi mahkota biasanya adalah seseorang yang terlibat langsung dalam tindak pidana, baik sebagai pelaku utama maupun sebagai bagian dari kelompok yang melakukan kejahatan. Namun, ia memilih untuk memberikan kesaksian yang dapat membantu mengungkapkan kebenaran dalam perkara tersebut.
2. Memberikan Kesaksian yang Kritis:
Saksi mahkota memberikan keterangan yang sangat penting dan menentukan dalam suatu perkara, karena informasi yang dimiliki oleh saksi ini sering kali sangat relevan dan krusial dalam mengungkapkan seluruh rangkaian kejadian yang terjadi.
3. Kemungkinan Mendapatkan Keistimewaan (Imunitas atau Pengurangan Hukuman):
Sebagai imbalan karena kesediaannya untuk bekerja sama dengan pihak berwenang, saksi mahkota sering kali diberikan pengurangan hukuman atau imunitas (perlindungan hukum). Hal ini dapat berupa pengurangan hukuman atau pengampunan jika kesaksiannya cukup membantu dalam membongkar suatu tindak pidana yang lebih besar atau membongkar jaringan kejahatan.
4. Berisiko Tinggi:
Karena keterlibatannya dalam tindak pidana yang sedang diperiksa, saksi mahkota sering kali menghadapi risiko, termasuk ancaman terhadap keselamatan dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu, dalam beberapa kasus, saksi mahkota diberikan perlindungan khusus, seperti program perlindungan saksi.
Keistimewaan yang Diberikan kepada Saksi Mahkota
1. Pengurangan Hukuman atau Imunitas:
Saksi mahkota sering kali diberi pengurangan hukuman atau bahkan imunitas (pembebasan dari hukuman) sebagai imbalan atas kesaksiannya. Dalam beberapa sistem hukum, saksi mahkota dapat dibebaskan dari tuduhan tertentu jika ia memberikan keterangan yang sangat membantu dalam mengungkapkan kejahatan yang lebih besar.
2. Perlindungan Saksi:
Saksi mahkota, karena risikonya yang tinggi, sering kali diberikan perlindungan saksi untuk memastikan keselamatan dirinya dan keluarganya. Perlindungan ini bisa berupa pengamanan fisik, perubahan identitas, atau relokasi untuk menjaga keamanan saksi.
Contoh Kasus Saksi Mahkota
1. Kasus Perdagangan Narkoba:
Dalam kasus perdagangan narkoba internasional, seorang anggota dari jaringan narkoba yang tertangkap dapat dipilih menjadi saksi mahkota. Dengan memberikan kesaksian yang mengungkapkan struktur jaringan, peran orang lain dalam perdagangan narkoba, dan rincian transaksi, saksi mahkota membantu pihak berwenang mengungkap operasi kejahatan yang lebih besar. Sebagai imbalannya, saksi mahkota ini bisa mendapatkan pengurangan hukuman atau perlindungan.
2. Kasus Korupsi:
Dalam kasus korupsi yang melibatkan pejabat tinggi, seorang saksi yang terlibat dalam proses suap atau penyalahgunaan wewenang dapat menjadi saksi mahkota. Dengan memberikan kesaksian tentang cara operasional suap dan siapa saja yang terlibat, saksi mahkota membantu mengungkap praktek-praktek korupsi dalam skala yang lebih besar.


